Penyebab kerusakan Timing Belt dan bahayanya kalau sampai Putus

Timing Belt merupakan salah satu media untuk menggerakkan Noken AS yang berada di silinder head.

Penggunaan Timing Belt memiliki keuntungan yang salah satunya adalah membuat mesin lebih senyap.

Tapi kelemahan dari Timing Belt adalah Rawan putus. dan ketika putus bisa membawa efek domino kepada komponen lain dimesin.

Kerusakan akibat Timing Belt Putus

Yang paling merasakan akibat langsung dari putusnya Timing Belat adalah Katup. Saat Timing Belt putus beberapa katup dalam silinder mungkin masih berada pada posisi membuka.

Saat bersamaan piston tetap bergerak sesuai urutan kerjanya dan ketika piston sampai di TMA dia akan bertumbukan dengan klep yang masih membuka.

Hasil tumbukan klep dengan piston akan merembet ke pelatuk klep (burung-burung) dan yang paling parah berdampak ke stang seher yang menjadi bengkok.

Oleh karena itu, pengguna mobil yang menggunakan Timing Belt sebagai sistem penggerak Noken As pada mesinnya, perlu melakukan inspeksi rutin terhadap kondisi Timing Belt

bahaya jika timing belt putus

Penyebab kerusakan Timing Belt

Faktor "U"

Faktor "Usia" menjadi salah satu penyebab utama Timing Belt putus. Setiap komponen mobil didesain dan di buat dengan daya dan upaya semaksimal mungkin namun tetap saja ada batasan umur pakainya.

Timing Belt biasanya memiliki masa pakai antara 50.000 - 100-000 KM tergantung jenis kendaraan. Patokan jarak tentu tidak bisa menjadi ketentuan utama, karena mobil yang menempuh jarak 1 KM tapi muacet sampai 3 Jam sama saja dengan jarak tempuh 5 KM.

Di beberapa type mobil seperti Inoiva yang menggunakan mesin Diesel berteknologi Commonrail, terdapat indikator berupa lampu untuk mengabarkan kepada pemilik kendaraan bahwa Timing Belt sudah waktunya ganti.


Pemasangan yang kurang tepat

Timing Belt dipasang muter-muter melewati gear di Poros engkol, menuju Gear di As poros Kem, lalu melewati Tensioner. Dibeberapa mesin, Timing belt juga dapat tugas tambahan untuk memutar Oil Pump atau Water Pump.

Kekencangan Timing belt bisa diatur melalui Tensioner. Pemasangan yang terlalu kencang akan membuatnya umurnya singkat karena terlalu tegang.

Sedangkan jika terlalu longgar juga bisa membuat gigi Timing Belt cepat aus karena gesekan Atau gigi timing belt bisa lompat sehingga beresiko piston membentur katup karena posisi TOP-nya berubah .


Rembesan Oli

Timing Belt bekerja ideal dalam kondisi kering, Itulah salah satu perbedaannya dengan Timing Chain dan Timing Gear.

Ketika ada oli yang menempel padanya maka timing belt bisa menjadi keras dan getas sehingga umur Timing Belt menjadi lebih singkat.

Rembesan oli bisa datang dari seal poros engkol, seal noken as atau seal oli pump yang sudah lemah dan tidak bisa menahan tekanan oli mesin.


Kotor

Ketika penutup timing belt sudah tidak menutup rapat sehingga kotoran atau debu dapat menyusup masuk kedalam ruang timing belt. Maka kotoran ini bisa mempercepat keausan karet timing belt.


Mesin yang menggunakan Timing Belt memang diakui memiliki suara yang halus, Tapi mesin bertiming belt harus selalu di perhatikan kondisi nya apakah masih baik atau sudah aus.

Untungnya di mesin modern telah disediakan peringatan untuk memberitahukan pemilik mobil bahwa waktu penggantian timing belt sudah datang.

Dan karena resiko timing belt yang bisa merusak mesin jika putus maka pada mesin modern, di ciptakan ruang atau coakan kecil di kepala piston untuk mencegah katup membentur piston. Ini bisa meminimalisir kerusakan yang lebih parah saat timing belt putus.

Perlu diingat bahwa sebaik apapun kualitas Timing belt yang digunakan dia pasti memiliki masa pakai yang lebih pendek dibanding Timing Chain dan Timing Gear.

Istilahnya Timing Chain dan Timing Gear bisa "pasang dan lupakan (set and forget)" tapi tidak dengan Timing Belt.